Senin, 28 Februari 2011

Apa itu Radikal Bebas?

Radikal bebas merupakan molekul dengan kekurangan elektron (tidak berpasangan) di kulit luarnya. Pada semua proses metabolisme tubuh, terutama reaksi dengan oksigen, terbentuk Radikal bebas. Radikal bebas (free radical) memegang peranan penting pada misalnya regulasi tekanan darah, pencegahan infeksi kuman dan penghilangan zat-zat asing.

Pembentukan radikal bebas dalam tubuh pada hakikatnya adalah suatu hal yang normal, malah dibentuk secara kontinu karena dibutuhkan untuk proses tertentu. Radikal bebas berperan penting pada ketahanan terhadap jasad renik. Dalam hati dibentuk radikal bebas secara enzimatis untuk merombak obat-obat dan zat-zat asing beracun lainnya.

Bila pengendalian ini gagal, karena pembentukan radikal bebas terlalu banyak sehingga terdapat kelebihan radikal bebas dan kekurangan relatif dari antioksidan, maka dapat terjadi STRESS OKSIDATIF dengan kemungkinan terjadinya kerusakan sel dan jaringan. Bila karena suatu sebab tubuh mengalami kelebihan radikal bebas, maka sel dan inti sel dapat dirusak dengan akibat dipercepatnya proses menua jaringan serta terjadinya cacat DNA dan sel-sel tumor. Selain itu radikal bebas juga turut bertanggungjawab atas sejumlah gangguan seperti pengeruhan lensa mata dan pengendapan oksi-LDL kolesterol pada dinding pembuluh (aterosklerosis).

Allah SWT menganugerahkan suatu sistem yang sempurna untuk manusia. Syukurlah tubuh memiliki suatu sitem pelindung ampuh yang berfungsi mengendalikan radikal bebas tersebut (antioksidan alamiah )agar jangan sampai merugikan organ tubuh.

Selasa, 08 Februari 2011

Enzim Serapeptase

PEMANFAATAN ENZIM SERAPEPTASE ULAT SUTERA SEBAGAI ANALGETIK DAN ANTI INFLAMASI ALTERNATIF
           I.        PENDAHULUAN
                                  1.        Latar Belakang
      Penggunaan obat analgetik/ obat anti inflamasi telah sejak lama digunakan oleh masyarakat. Kebanyakan obat analgetik yang digunakan berupa obat sintesis dari bahan-bahan kimia. Sedangkan kita sendiri mengetahui bahwa zat sintesis dari bahan kimiawi sedikitnya mengandung beberapa efek samping baik secara langsung maupun tidak langsung.
        Ada  tiga golongan (berdasarkan struktur kimia) analgetik yang saat ini tersedia di pasaran, yaitu: golongan parasetamol, golongan salisilat (aspirin/asetilsalisilat, atrium salisilat, magnesium salisilat, cholin salisilat); dan golongan turunan asam propionat (ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen). Karena memiliki sifat farmakologis yang mirip, golongan salisilat dan turunan asam propionat digolongkan sebagai obat anti inflamasi non-steroid (NSAID). Obat-obat NSAID memiliki sifat analgetika (penghilang nyeri), antipiretika (penurun panas), dan antiinflamasi (anti bengkak/radang).
      Setiap tahunnya sebanyak 76.000 orang yang dirawat di Rumah Sakit sekitar 50-80% dari mereka menggunakan analgetik golongan NSAID dan  sebanyak 10% dari jumlah pengguna analgetik tersebut beresiko fatal. Dari penelitian yang telah dilakukan, terhadap beberapa pasien penderita osteoarthritis yang telah mengkonsumsi NSAID selama 6 bulan atau lebih, setelah melakukan pemeriksaan endoscopy terhadap lambung, ternyata ditemukan pasien menderita tukak lambung dan radang saluran cerna. Dengan bertambahnya waktu pengguna NSAID dan penderita efek sampingnya semakin bertambah.
      Dalam fakta diatas disebutkan bahwa pasien secara sadar ataupun tidak, sering menggunakan obat analgetik yang berasal dari bahan kimia atau yang sering disebut dengan obat analgetik NSAID yang termasuk ke dalam golongan perifer. Dalam prosesnya, obat analgetik yang disintetis secara kimia akan mampu meredakan rasa nyeri dengan menghambat bosintesis prostaglandin, namun efek samping pemakaian dari obat analgetik akan menimbulkan penyakit tukak lambung karena produksi mukus lambung ikut terhambat.
      Oleh karena itu, penulis sangat tertarik dengan adanya penemuan yang menyatakan adanya obat analgetik yang dibuat secara alami dari ulat sutra dengan mengambil enzim serapeptasenya sebagai anti inflamasi tanpa mengandung efek samping lainnya. Enzim serapeptase ini dapat menggantikan obat analgetik kimia yang dapat berperan secara aman. Dengan adanya penemuan ini, penulis berharap akan membumikan obat analgetik yang dapat secara aman dikonsumsi masyarakat tanpa takut adanya efek samping dan terbukti lebih aman karena tanpa efek penghambat dari prostaglandin dan terhindar dari efek gastrointestinal.
2.  Uraian Singkat
      Obat analgetik NSAID yang sekarang banyak sekali digunakan telah ditemukan fakta bahwa dengan pemakaian obat analgetik NSAID tersebut menimbulkan efek gastrointestinal atau tukak lambung, sehingga banyak orang yang menggunakan obat analgetik mempunyai penyakit tukak lambung.
      Dengan demikian ditemukan penelitian mengenai antiinflamasi alternatif menggunakan enzim serapeptase yanhg diekstrak dari ulat sutra.
      Penelitian lain menyatakan adanya efek positif dari enzim serapeptase yang selain mempunyai efek antiinflamasi juga merupakan obat analgetik yang cukup baik dan tentunya aman untuk digunakan masyarakat. 
3.  Tujuan dan Manfaat
1.  Tujuan
a.   Mengetahui manfaat dari enzim serapeptase
b.  Mengetahui mekanisme kerja dari enzim serapeptase
c.   Mengenalkan alternative obat analgetik alam yang lebih aman kepada masyarakat
2.  Manfaat
a.   Masyarakat dapat menggunakan alternative obat analgetik yang secara penelitian telah aman untuk digunakan
b.  Mengurangi jumlah pasien yang menggunakan obat analgetik yang menimbulkan efek gangguan pada gastrointestinal
c.   Mengurangi jumlah masyarakat yang mengalami penyakit tukak lambung

        II.        TELAAH PUSTAKA
                                  1.        Nyeri
      Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering terjadi. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakan, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk menghilangkan rasa sakit tersebut.
      Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri.
      Rangsang nyeri diterima oleh reseptor nyeri khusus, yang merupakan ujung saraf bebas. Karena ujung saraf bebas juga dapat menerima rangsang sensasi lain, maka ke spesifikan fungsional mungkin berkaitan dengan diferensiasi pada tahap molekul, yang tidak dapat diketahui dengan pengamatan cahaya dan elektronoptik.
      Rangsang yang cukup untuk menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Di sini senyawa tubuh sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri (mediator nyeri), yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri. Yang termasuk zat nyeri dengan potensi yang kecil adalah ion hidrogen. Pada penurunan nilai pH dibawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada kenaikan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip dipunyai juga oleh ion kalium yang keluar dari cairan intrasel setelah terjadi kerusakan jaringan dan dalam interstisium pada konsentrasi >20 mmol/liter menimbulkan rasa nyeri.
      Berbagai neurotransmitter juga dapat bekerja sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histamin pada konsentrasi relative tinggi ( 10-8g/L) terbukti sebagai zat nyeri. Asetilkolin pada konsentrasi rendah mensensibilisasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri lain, sehingga senyawa ini bersama-sama dengan senyawa yang dalam konsentrasi yang sesuai secara sendiri tidak berkhasiat, dapat menimbulkan nyeri. Pada konsentrasi tinggi asetilkolin bekerja sebagi zat nyeri yang berdiri sendiri. Serotonin merupakan senyawa yang menimbulkan nyeri yang paling efektif dari kelompok transmitter. Sebagai kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin, khususnya bradikinin yang termasuk penyebab nyeri terkuat. Prostaglandin, yang dibentuk lebih banyak dalam peristiwa nyeri, mensensibilisasi reseptor nyeri dan di samping itu menjadi penentu dalam nyeri lama.
2.  Obat Analgetik dan Anti Inflamasi
      2.2.1 Efek samping
      Efek samping umum dari penggunaan obat yang menghambat sintesis prostaglandin yaitu terjadinya gangguan saluran cerna bahkan perdarahan pada saluran cerna. Pada pasien yang kondisinya tidak menguntungkan, khususnya pada penderita asma, terdapat bahaya terjadinya serangan asma. Di sini karena penghambatan siklooksigenase dan karena itu dengan meningkatkan pasokan substrat pada lipooksigenase, terbentuk lebih sedikit prostaglandin yang menyebabkan dilatasi bronchus dan lebih banyak leukotrien yang menyebabkan vasokhonstriksi.
      2.2.2 Kontraindikasi
      Penghambat sintesis prostaglandin tidak boleh digunakan pada luka lambung-usus dan diathesis hemoragis. Juga dalam minggu-minggu terakhir kehamilan tidak boleh digunakan karena bahaya menutupnya duktus botalli sebelum waktunya. Pada kerusakan hati dan ginjal hanya boleh digunakan dengan sangat hati-hati.
      2.2.3 Interaksi
      Pada pemberian analgetik perifer bersama-sama dengan zat-zat berkhasiat lain terjadi interaksi berikut:
·     Glukokotrtikoid meningkatkan bahaya gangguan saluran cerna dan pendarahan.
·     Kerja urokosurik probenesid dan sulfinpirazon diperkecil, disamping itu eliminasi penghambatan sintesis prostaglandin sendiri diperlambat.
·     Kerja alkohol diperbesar.
·     Sebagian dari senyawa-senyawa misalnya fenilbutazon, meningkatkan kerja menghambat pembekuan dari turunan kumarin

3.  Enzim Serapeptase
      Enzim serapeptase merupakan enzim yang dapat diekstrak dari serangga khususnya dari ulat sutra. Beberapa penemuan menjelaskan adanya aktivitas antiinflamasi dari enzim ini secara aman. Proses penyembuhan yang singkat serta tidak menimbulkan efek samping bagi pemakainya sangat dilirik oleh masyarkat khususnya masyarakat di Negara bagian barat.
      Enzim serapeptase sudah dikenal dan digunakan dalam aplikasi klinis di seluruh Eropa dan Asia selama lebih dari 25 tahun sebagai varians alternatif dari salisilat, ibuprofen, dan NSAID potensial. Tidak seperti obat sintesis, enzim serapeptase sudah ada secara alami tanpa efek penghambatan pada biosintesis prostaglandin dengan demikian tanpa efek merugikan pada gastrointestinal. Enzim ini merupakan enzim yang diproduksi oleh usus ulat sutra untuk menghancurkan dinding pupa pada fase kepompong. Enzim serapeptase mempunyai aktivitas pada sistem kekebalan  tubuh yang terbentuk sempurna pada α-2 makroglobulin pada cairan tubuh, Serapeptase yang ditemukan di sejumlah urin, menunjukkan bahwa enzim tersebut disalurkan langsung dari usus kedalam aliran darah. Penelitian klinis menunjukan bahwa serapeptase menghasilkan efek anti radang dan pencegah terjadinya bengkak.  Aktivitas serapeptase pada sejumlah jaringan dan efek anti peradangan yang dihasilkan lebih kuat dari pada enzim proteolitik lain. Selain mengurangi inflamasi keuntungan paling tinggi yaitu mengurangi rasa sakit karena kemampuannya untuk memblok pelepasan pemicu sakit dari jaringan yang mengalami radang.
 
4.  Penelitian mengenai Serapeptase 
      Serrapeptase telah digunakan 30 tahun di Eropa sebagai anti inflamasi dan terbukti sangat efektif dalam melarutkan jaringan mati dan terutama jaringan dalam yang tergores dan luka. Seperti halnya masalah yang kita temukan pada multiple sclerosis, jaringan rusak yang berdampak pada selubung myelin akan dilarutkan oleh serrapeptase dan membuat saraf siap untuk mulai memberikan sinyal dalam menjalankan fungsinya.  Jika tidak ada masalah pada ikatan myelin, maka reaksi regenerasi tubuh akan berlangsung sempurna. Serrapeptase telah membantu mengatasi memar, dan infeksi pada luka. Studi klinis menunjukkan bahwa serrapeptase adalah anti-inflamasi yang kuat  dan anti-edemik yang efeknya lebih kuat daripada protease lainnya. Karena kegunaanya tersebut, serrapeptase digunakan oleh kalangan medis di seluruh Asia dan Eropa dalam pengobatan  alternatif lain dari salisilat dan ibuprofen.
      Hans A. Nieper, M.D., seorang dokter asal Jerman menggunakan serrapeptase untuk mengobati penutupan saluran arteri pada jantung pasiennya. Penemuan Nieper mengindikasikan bahwa aksi dari protein terlarut serrapeptase akan secara bertahap menghancurkan plak aterosklrerosis. Hal itu menunjukkan bahwa serrapeptase lebih efektif dan lebih cepat kerjanya bila dibandingkan dengan pengobatan EDTA menggunakan kelat dalam memindahkan plak pada saluran arteri.
      Riset juga telah menunjukkan bahwa serrapeptase telah berhasil digunakan pada penyakit fibrosistik dada. Serrapeptase pada studi klinis juga telah menunjukkan kegunannya pada penderita sinusitis kronik, disebabkan oleh salah satu fungsinya sebagai anti-inflamasi, seperti pada bronchitis yaitu dengan mengencerkan mukus. 
     III.        METODE PENULISAN
      Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pengumpulan data berupa jurnal-jurnal dan informasi mengenai enzim serapeptase yang telah ditemukan pada penelitian sebelumnya.  
     IV.        ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Mempengaruhi nyeri dengan obat
      Dalam mempengaruhi nyeri dengan obat, terdapat kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
a.   Mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer.
b.  Mencegah pembentukan rangsang dengan memakai anaestetika konduksi.
c.   Menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan anestetika konduksi.
d.  Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam system saraf pusat dengan analgetika yang bekerja pada pusat atau obat narkotik.
e.   Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka (trankuilansia, neuroleptika, antidepresiva) 
4.2 Analgetik perifer
            Analgetika yang bekerja perifer memiliki spektrum kerja farmakologi yang mirip walaupun struktur kimianya berbeda-beda. Disamping kerja analgetik, senyawa-senyawa ini menunjukan kerja antipiretik dan juga komponen kerja antiflogistika dengan kekecualian turunan asetilanilida. Sebaliknya senyawa-senyawa ini tidak mempunyai sifat-sifat psikotropik dan sifat sedasi dari hipnoanalgetika. Akibat spectrum kerja ini, pemakainya luas dan karena itu termasuk pada bahan-bahan obat yang paling banyak digunakan.
      4.3 Mekanisme kerja analgetik perifer
            Analgetik NSAID mempunyai mekanisme kerja dengan menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara memblok enzim siklo-oksigenase . Enzim siklooksigenase tersebut  berperan sebagai katalisator dari reaksi asam sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2  menjadi terganggu. Selain itu hasil dari proses ini akan menghambat gastric prostaglandin E yaitu suatu hormone yang melindungi lambung dari asam, sehingga akan mengakibatkan perdarahan pada lambung sampai ke usus. Jika hal tersebut terjadi maka harus dilakukan tindakan pembedahan dengan segera.
            Analgetik perifer bekerja mempengaruhi biosintesis prostaglandin. Senyawa-senyawa ini menghambat sistem siklooksigenase yang menyebabkan asam arakhidonat dan asam-asam C20 tak jenuh lain menjadi endoperoksida siklik. Endoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin serta prazat dari tromboksan A2 dan prostasiklin. Prostaglandin terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam serta reaksi-reaksi radang, sehingga senyawa-senyawa yang menghambat pembentukan prostaglandin sekaligus bekerja menekan nyeri, menurunkan demam, dan menghambat terjadinya radang.
            Karena penghambatan spesifik dalam berbagai jaringan tidak memungkinkan, maka pada semua penghambat biosintesis prostaglandin  harus diperhatikan juga efek-efek samping yang sama.
      4.4 Mekanisme kerja enzim serapeptase
      Enzim serapeptase mencerna jaringan mati, sel darah, kista, dan plak pada pembuluh darah yang mengalami radang dalam berbagai bentuk. Seorang ilmuwan jerman Dr. Hans Nieper menggunakan enzim serapeptase untuk mengobati penyumbatan pembuluh darah pada jantung pasien dan ternyata enzim serapeptase ini dapat bermanfaat dalam mencegah terjadinya strok dengan lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan pengobatan dengan “EDTA-chelation” dalam memindahkan jaringan arteri yang rusak.
      Enzim serapeptase bekerja melalui 3 jalan, yaitu:
1.  Mengurangi pembengkakan oleh jaringan luka, mempercepat pengeringan luka, dan memperbaiki jaringan luka tersebut.
2.  Membantu dalam mengurangi rasa sakit dengan menghambat pengeluaran zat   bradikinin yang merupakan pemicu rasa sakit.
3.  Dapat menghancurkan fibrin yang dihasilkan dari penggumpalan darah dan melarutkan fibrin dan jaringan yang mati tanpa mengganggu jaringan yang masih hidup, selain itu juga dapat menghancurkan plak yang ada pada saluran arteri tanpa membahayakan pembuluh arteri tersebut.

 
        V.        PEMBAHASAN
      Di dunia kesehatan obat-obatan analgetik perifer menduduki peringkat tinggi dari segi pemakaian, baik yang diperoleh melalui resep dokter maupun tanpa resep dokter. Tingginya penggunaan obat-obatan analgetik perifer tidak terlepas dari banyaknya kasus nyeri yang sering terjadi dan di alami oleh banyak orang. Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang dapat terjadi karena berbagai faktor penyebab. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakan dan  menyiksa, oleh karena itu pasien dan praktisi kesehatan berusaha untuk menghilangkan rasa sakit tersebut.
      Penggunaan analgetik NSAID menduduki peringkat tertinggi di antara obat-obatan analgetik perifer golongan lain, meskipun analgetik jenis ini seringkali menimbulkan efek samping yang serius terhadap pemakinya. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat ini tidak lain disebabkan karena mekanisme kerjanya yang menghambat sintesis prostaglandin. Senyawa-senyawa yang menghambat sintesis prostaglandin selain bekerja menekan nyeri dan menghambat terjadinya radang, senyawa ini juga  dapat menimbulkan suatu keadaan yang tidak diinginkan, yaitu menimbulkan tukak pada lambung.
      Tabel 1. Pengaruh pemblok sintesis prostaglandin terhadap efek prostaglandin ( dimodifikasi menurut schonhofer ).
Kerja prostaglandin
Kerja penghambat sintesis prostaglandin
Efek klinik
Meningkatkan pembentukam jaringan ikat baru, proliferasi sel
Mengurangi pembentukan jaringan ikat baru
Efek antireumatik
Mengurangi sekresi cairan lambung
Meningkatkan sekresi cairan lambung
Lesi mukosa, mungkin ulkus
Mengurangi motilitas usus
Meningkatkan motilitas usus
Diare
Meningkatkan ekskresi natrium melalui ginjal
Menurunkan ekskresi natrium melalui ginjal
Mungkin ulkus
Meningkatkan agregasi trombosit melalui tromboksan A2
Menghambat agregasi trombosit
Profilaksis appopleksia
Meningkatkan tonus uterus
Menurunkan tonus uterus yang naik
Efek antidismenorea
Menurunkan tonus otot bronchus
Meningkatkan tonus otot bronchus
Mungkin menyebabkan serangan asma
      Sumber: Dinamika obat farmakologi dan toksikologi, halaman 196
      Dari data diatas dapat terlihat dengan jelas beberapa dampak negative yang dapat ditimbulkan dari penggunaan senyawa-seyawa penghambat prostaglandin. Meskipun fakta yang didapat sudah signifikan hal tersebut tidak menyurutkan penggunaan analgetik jenis ini. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan senyawa-senyawa penghambat prostaglandin cenderung diabaikan kerena masih minimnya analgetik alternatif yang dapat menggantikan. Penemuan analgetik perifer alternatif yang lebih aman merupakan jalan yang dapat di tempuh untuk meminimalkan efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat-obatan penghambat sintesis prostaglandin.
      Enzim serapeptase merupakan enzim proteolitik yang diproduksi oleh usus ulat sutra untuk menghancurkan dinding pupa pada fase kepompong. Enzim serapeptase mempunyai aktivitas pada sistem kekebalan  tubuh yang terbentuk sempurna pada α-2 makroglobulin pada cairan tubuh. Serrapeptase sangat membantu dalam membersihkan jaringan yang rusak dan terkena radang. Dengan membersihkan semua masalah pada jaringan tersebut, memungkinkan  saraf untuk memberi sinyal tanpa rintangan dan memungkinkan system perbaikan tubuh untuk menggantikannya dengan jaringan yang baru. Enzim serapeptase mencerna jaringan mati, sel darah, kista, dan plak pada pembuluh darah yang mengalami radang dalam berbagai bentuk.
      Mekanisme enzim serapeptase sebagai analgetik dan antiinflamasi tidak menghambat aktivitas prostaglandin, yang dalam kondisi normal prostaglandin memproduksi mukus pada lambung sebagai pelindung dinding lambung dari sekresi asam lambung. Namun enzim serapeptase bekerja dengan jalan mengurangi pembengkakan oleh jaringan luka, mempercepat pengeringan luka sehingga mampu memperbaiki sel yang rusak dengan cepat. Kemudian kerja enzim serapeptase menghambat pengeluaran zat pemicu rasa sakit selain prostaglandin yaitu zat bradikinin. Enzim serapeptase mampu menghancurkan fibrin yang dihasilkan dari penggumpalan darah dan melarutkan fibrin dan jaringan yang mati tanpa mengganggu jaringan yang masih hidup, selain itu juga dapat menghancurkan plak yang ada pada saluran arteri tanpa membahayakan pembuluh arteri tersebut.
      Dengan demikian, enzim serapeptase yang menghindari penghambatan aktivitas prostaglandin akan menghindarkan aktivitas anti nyeri dari adanya efek samping berupa gangguan gastrointestinal karena tidak menghambat produksi mukus oleh prostaglandin. Dengan demikian enzim serapeptase relative lebih aman untuk digunakan.  
     VI.        PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Enzim serapeptase mempunyai aktivitas pada sistem kekebalan  tubuh yang terbentuk sempurna pada α-2 makroglobulin pada cairan tubuh sehingga serrapeptase sangat membantu dalam membersihkan jaringan yang rusak dan terkena radang.
b. Enzim serapeptase bekerja dengan jalan; mengurangi pembengkakan oleh jaringan luka, mempercepat pengeringan luka, dan memperbaiki jaringan luka tersebut; membantu dalam mengurangi rasa sakit dengan menghambat pengeluaran zat   bradikinin yang merupakan pemicu rasa sakit; dapat menghancurkan fibrin yang dihasilkan dari penggumpalan darah dan melarutkan fibrin dan jaringan yang mati tanpa mengganggu jaringan yang masih hidup, selain itu juga dapat menghancurkan plak yang ada pada saluran arteri tanpa membahayakan pembuluh arteri tersebut.
c. Aktivitas serapeptase pada sejumlah jaringan dan efek anti peradangan yang dihasilkan lebih kuat dari pada enzim proteolitik lain. Dari uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa Enzim serrapeptase dapat menggantikan penggunaan analgetik yang ada saat ini dan terbukti lebih aman karena tanpa efek penghambat dari prostaglandin sehingga dapat menghindariefek merugikan pada gastrointestinal. 
5.2  Saran
Perlunya identifkasi penentuan senyawa penanda (marker) dari enzim serapeptase sehingga dapat diketahui cara perolehan dan pengolahan enzim serapeptase yang baik.